*Diambil
dari Blog milik Al-Barokah (CERITA UNTUKKU)
Kamis,
20 Mei 2010
Dahulu
ketika kita berdua, waktu terasa begitu cepat berlalu. Andaikan aku bisa, ingin
rasanya waktu ku buat lebih lambat, matahari ku tahan agar tidak cepat
terbenam, detak jarum jam pun kalau bisa ku atur agar kita bisa merasakan
kebersa maan lebih lama.
Akhirnya kita berdua dikumpulkan Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. DIA yang maha dalam segalanya mendengar do'aku, keinginanku untuk menikah dikabulkan-NYA. Sekalipun aku pernah diusir ibumu karena dianggap tidak memiliki masa depan, tidak punya pekerjaan tetap, dia mungkin lupa bahwa aku keluar dari perusahaan tempat ku bekerja dulu adalah atas permintaan mu. Karena ibumu selalu berkata sinis, aku putuskan untuk melamar kerja kembali di sebuah perusahaan besar dan kamu yang mengajariku, padahal ibumu membenciku karena aku bukan orang kaya yang datang kerumah mu tanpa pakain necis dan mobil mewah.
Kamu mengajari aku tanpa sepengetahuan ibumu, bahkan kamu buatkan aku surat lamarannya, ku tahu dirimu dengan semua itu bahwa kamu sangat mencintaiku, tapi tidak dengan ibumu. Dia mengusir ku dengan terang, dia bilang agar aku jangan datang lagi,"Ini yang terakhir kamu kesini !". katanya ketika aku datang di minggu pagi itu, dan kamu menangis memohon maaf atas sikap ibumu. Itu yang membuat aku berjanji ingin membalas cintamu.
Aku dapatkan pekerjaan itu, dan lama kita tidak berjumpa ada kerinduan dalam hati, tapi terhalang oleh sikap ibumu, aku masih sakit hati karena pengusiran itu.
Wajah sayumu selalu menari dipelupuk mataku.
Telpon di meja kerjaku berdering, lama tidak ku angkat, karena aku sedang sibuk mengentri data. Terdengar teriakan atasanku dari ruangannya,"itu telpon untukmu !" ujarnya. Dengan perasaan kaget dan bercampur gembira, karena selama enam bulan aku bekerja tidak pernah ada yang menanyakan kabarku, termasuk dirimu yang ku anggap mungkin sudah dinikahkan ibumu dengan laki-laki pilihannya, wajarlah karena dia ibumu yang ingin melihat anaknya bahagia.
Tidak aku kira sedikit pun bahwa telpon bunyi dari tadi itu dari mu. Kamu bicara dan menanyakan kabarku, kamu menangis haru, aku tahu dari isak-tangismu, aku tahu kamu masih mencintaiku
Aku tanya kenapa kamu menangis? Kamu bilang adikmu akan dinikahkan lebih dulu, karena ada yang melamarnya namun bukan lelaki pilihannya dan kamu dilangkahi adikmu. Ibumu memang tidak punya perasaan, dulu dia mengusir aku, dan sekarang menjadikan mu sakit hati.
Aku hanya diam mendengar ceritamu. Dan terakhir kamu berkata:"Aa, andai kamu masih mencintaiku, nikahi aku, lamar aku besok!" DDUEERR !? Kata terakhirmu itu mengagetkan aku "Nikahi aku ! Ujar dirimu pelan.
Aku tidak bisa memberikan jawaban saat itu, yang terbayang adalah pengusiran ibumu kepadaku 6 bulan lalu, dengan pelan aku bilang bahwa aku belum siap menikah saat ini, kalau kamu mau menikah lebih cepat, silahkan menikah dengan laki-laki lain, bicaraku pelan tapi membuatmu diam seketika dan diammu itu membuatku merasa bersalah.
Kini kita sudah mempunyai dua putri bukti bahwa kita saling memiliki cinta. Hanya saja ibumu tetap tidak mengharapkanku, sejatinya dia yang memohon kepada ibuku agar aku menikahimu supaya kamu tidak dirundung kesedihan yang lama karena pernikahan adikmu yang perempuan. Sampai hari ini aku masih mengingat dengan jelas rayuan dan sifat arogan ibumu, sudah ku tolak dengan halus bahwa aku masih memiliki dua orang kakak yang belum menikah, aku juga baru masuk kuliah, kerja belum mapan, hanya ibumu tetap ngotot agar kita menikah, karena aku sering kerumah adalah terlalu mengada-ada, ( kapan aku sering kerumah? ) bahkan secepatnya andai bisa. Hi, dia sudah lupa dengan perlakuannya kepadaku dulu, dia melupakannya begitu saja, aku?? Aku tidak akan lupa sampai kapanpun atas penghinaan yang menyakit kan darinya, dan kita menikah karena aku mencintai dan mengingat kebaikanmu.
Sekarang kita harus berpisah juga karena ibumu, dan kamu kena rayuannya pula. Mana janji mu dulu bahwa kamu akan setia? mana sumpahmu dulu bahwa kita akan bersama dalam suka dan duka? Apa karena janji dan sumpah itu sudah dibeli ibumu?.
Kita sering cek-cok mulut bila kamu pulang dari ibumu, saat itu kita tidak punya masalah apa-apa, ujungnya kamu tidak mau lagi tidur bersamaku, dan yang lebih parah kamu lebih memilih ibumu daripada aku suamimu. Itulah pernikahan yang salah, dan terimalah akibatnya
Akhirnya kita berdua dikumpulkan Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. DIA yang maha dalam segalanya mendengar do'aku, keinginanku untuk menikah dikabulkan-NYA. Sekalipun aku pernah diusir ibumu karena dianggap tidak memiliki masa depan, tidak punya pekerjaan tetap, dia mungkin lupa bahwa aku keluar dari perusahaan tempat ku bekerja dulu adalah atas permintaan mu. Karena ibumu selalu berkata sinis, aku putuskan untuk melamar kerja kembali di sebuah perusahaan besar dan kamu yang mengajariku, padahal ibumu membenciku karena aku bukan orang kaya yang datang kerumah mu tanpa pakain necis dan mobil mewah.
Kamu mengajari aku tanpa sepengetahuan ibumu, bahkan kamu buatkan aku surat lamarannya, ku tahu dirimu dengan semua itu bahwa kamu sangat mencintaiku, tapi tidak dengan ibumu. Dia mengusir ku dengan terang, dia bilang agar aku jangan datang lagi,"Ini yang terakhir kamu kesini !". katanya ketika aku datang di minggu pagi itu, dan kamu menangis memohon maaf atas sikap ibumu. Itu yang membuat aku berjanji ingin membalas cintamu.
Aku dapatkan pekerjaan itu, dan lama kita tidak berjumpa ada kerinduan dalam hati, tapi terhalang oleh sikap ibumu, aku masih sakit hati karena pengusiran itu.
Wajah sayumu selalu menari dipelupuk mataku.
Telpon di meja kerjaku berdering, lama tidak ku angkat, karena aku sedang sibuk mengentri data. Terdengar teriakan atasanku dari ruangannya,"itu telpon untukmu !" ujarnya. Dengan perasaan kaget dan bercampur gembira, karena selama enam bulan aku bekerja tidak pernah ada yang menanyakan kabarku, termasuk dirimu yang ku anggap mungkin sudah dinikahkan ibumu dengan laki-laki pilihannya, wajarlah karena dia ibumu yang ingin melihat anaknya bahagia.
Tidak aku kira sedikit pun bahwa telpon bunyi dari tadi itu dari mu. Kamu bicara dan menanyakan kabarku, kamu menangis haru, aku tahu dari isak-tangismu, aku tahu kamu masih mencintaiku
Aku tanya kenapa kamu menangis? Kamu bilang adikmu akan dinikahkan lebih dulu, karena ada yang melamarnya namun bukan lelaki pilihannya dan kamu dilangkahi adikmu. Ibumu memang tidak punya perasaan, dulu dia mengusir aku, dan sekarang menjadikan mu sakit hati.
Aku hanya diam mendengar ceritamu. Dan terakhir kamu berkata:"Aa, andai kamu masih mencintaiku, nikahi aku, lamar aku besok!" DDUEERR !? Kata terakhirmu itu mengagetkan aku "Nikahi aku ! Ujar dirimu pelan.
Aku tidak bisa memberikan jawaban saat itu, yang terbayang adalah pengusiran ibumu kepadaku 6 bulan lalu, dengan pelan aku bilang bahwa aku belum siap menikah saat ini, kalau kamu mau menikah lebih cepat, silahkan menikah dengan laki-laki lain, bicaraku pelan tapi membuatmu diam seketika dan diammu itu membuatku merasa bersalah.
Kini kita sudah mempunyai dua putri bukti bahwa kita saling memiliki cinta. Hanya saja ibumu tetap tidak mengharapkanku, sejatinya dia yang memohon kepada ibuku agar aku menikahimu supaya kamu tidak dirundung kesedihan yang lama karena pernikahan adikmu yang perempuan. Sampai hari ini aku masih mengingat dengan jelas rayuan dan sifat arogan ibumu, sudah ku tolak dengan halus bahwa aku masih memiliki dua orang kakak yang belum menikah, aku juga baru masuk kuliah, kerja belum mapan, hanya ibumu tetap ngotot agar kita menikah, karena aku sering kerumah adalah terlalu mengada-ada, ( kapan aku sering kerumah? ) bahkan secepatnya andai bisa. Hi, dia sudah lupa dengan perlakuannya kepadaku dulu, dia melupakannya begitu saja, aku?? Aku tidak akan lupa sampai kapanpun atas penghinaan yang menyakit kan darinya, dan kita menikah karena aku mencintai dan mengingat kebaikanmu.
Sekarang kita harus berpisah juga karena ibumu, dan kamu kena rayuannya pula. Mana janji mu dulu bahwa kamu akan setia? mana sumpahmu dulu bahwa kita akan bersama dalam suka dan duka? Apa karena janji dan sumpah itu sudah dibeli ibumu?.
Kita sering cek-cok mulut bila kamu pulang dari ibumu, saat itu kita tidak punya masalah apa-apa, ujungnya kamu tidak mau lagi tidur bersamaku, dan yang lebih parah kamu lebih memilih ibumu daripada aku suamimu. Itulah pernikahan yang salah, dan terimalah akibatnya